Komparasi Arsitektur Tepian Air pada Tepian Bandar Sungai Jantan dan Tepian Jembatan Sungai Siak III

Authors

  • Gita Rahmadhani Universitas Riau Author
  • Luthfika Arfiana Universitas Riau Author
  • Nurzahwa Dwita Nugraha Author
  • Isnaini Universitas Riau Author
  • Oriana Paramita Dewi Universitas Riau Author
  • Laili Dwi Annisa Universitas Riau Author

Keywords:

arsitektur tepian air, komparasi arsitektur, tepian bandar Sungai Jantan, tepian Jembatan Sungai Siak III, elemen fisik perkotaan

Abstract

Kawasan tepian air merupakan suatu elemen fisik perkotaan yang telah banyak dikembangkan hingga saat ini. Kawasan tepian air dapat berperan sebagai penopang aktivitas masyarakat dengan sarana prasarana pendukung untuk menjalankan aktivitas sosial, ekonomi, dan pariwisata di daerah setempat. Saat ini wilayah tepian air banyak dikembangkan menjadi tempat berwisata dengan plaza dan ruang terbuka publik didalamnya sebagai wujud upaya konservasi yang dilakukan untuk memulihkan dan mengembalikan peranan air di tengah-tengah kehidupan masyarakat kota. Namun, dalam perencanaan pembangunan wilayah tepian air terkadang kerap mengabaikan dan kurang memperhatikan aspek dan elemen apa saja yang diperlukan, sehingga banyaknya kawasan tepian air saat ini yang tidak memiliki sarana prasarana yang mumpuni. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas tentang kajian penerapan aspek dan elemen kawasan tepian air pada studi kasus Tepian Bandar Sungai Jantan dan Tepian Jembatan Sungai Siak III melalui metode komparatif dengan teknik scoring untuk membandingkan aspek perencanaan kawasan tepian air pada kedua studi kasus. Hasil penelitian berupa kesimpulan dari komparasi yang dilakukan terhadap kedua studi kasus untuk menganalisis setiap aspek yang seharusnya terdapat pada pembangunan kawasan tepian air.

References

Abbad Al Radi. (1992). Kampung Kali Cho-de Yogyakarta. In A Khan (Ed), Technical Review Summary. http://archnet.org/sites/752/publications/930

Adiwibawa, B.A.P., % Laksana, D.A.W. (2019). Desain Dekoratif Kampung Kota sebagai Wacana Alternatif dalam Kehidupan Sosial Politik. Desain Komunikasi Visual, manajemen Desain dan Periklanan (Demandia), 4 (2), 135-156.

Committee on Urban Waterfront Lands. (1980). National Academy of Science

Dovey, K., Cook, B., & Achmadi, A. (2019). Contested Riverscapes in Jakarta: Flooding, Forced Eviction and Urban Image. Space and Polity, 23(3), 265-282.

Ebrahim, Y.H. (2022). Riverfront Architecture: Sustainable Site Planning Principles Practices Standards Design and Development. Dr. ebrahim Digital Clipboard, 1(1), 1-172. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2021.14084.

Lengkey, M. Ruang Sosial sebagai Pendekatan Perancangan Fasilitas Publik pada Kawasan Tepian Air Kota Manado. (2010). Institut Teknologi Bandung.

Otto, B., McCormick, K., & Leccese, M. (2004). Ecological riverfront design: Restoring rivers, connecting communities. In APA Planning Advisory Service Reports (Nomor 518–519).

Tangkuman, D. J., & Tondobala, L. (2011). Arsitektur Tepi Air (Waterfront Architecture). Media Matrasain, 8(2), 40–54. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view/325

Tahir, M. Pemanfaatan Ruang Kawasan Tepi Pantai untuk Rekreasi dalam Mendukung Kota Tanjung Pinang sebagai Waterfront City. (2015). Universitas Diponegoro Semarang

Tutuko, P., Bonifacius, N., Yuniawan, D., Jati, R. M. B., Santoso, I., Junianto, M. R., & Telnoni,

R. J. A. (2021). The Spatial Pattern of a Kampong Area in Malang City using a Space Syntax Approach Study on Depth Calculation and Connectivity using DepthMapX. International Review for Spatial Planning and Sustainable Development, 9(4), 102–

115. https://doi.org/10.14246/irspsd.9.4_102

Pedoman Pemanfaatan Ruang Tepi Pantai di Kawasan Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Penataan Ruang.

Published

2024-02-29

Issue

Section

Articles